Penulis : Dan Brown
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 642 halaman
Harga : Rp 149.000 (Hard Cover)
Tahun Terbit : 2013
Dan Brown!
Yeah, saya membeli buku ini karena
pengarangnya adalah Dan Brown! Mengingat dua buku Dan Brown sebelumnya
The Da vinci Code dan The Lost Symbol yang telah berhasil memikat hati saya,
maka kemudian Saya memutuskan untuk membeli Inferno. Well, saya langsung jatuh cinta pada cover-nya
yang lebih artistik dan lebih menarik dibanding cover buku-buku Dan Brown yang
lain. Terpampang potret Dante Alighieri yang menghadap ke kanan, dengan mahkota daun zaitun di kepalanya, dan berlatar
belakang kota kuno Florence.
Sebenarnya saya sudah membaca Inferno sejak pertama kali terbit di Indonesia. Bela-belain untuk inden di toko buku langganan demi mendapatkan diskon spesial, tapi baru sempat menuliskannya dalam blog saya yang baru ini. Ok, back to topic....
Alur cerita yang sama
Alur yang digunakan Dan Brown dalam penulisan
Inferno. tidak jauh berbeda dari buku-buku sebelumnya. Dimana Langdon
yang tiba-tiba harus diminta untuk memecahkan kasus, ditemani seorang wanita
dalam pemecahan kasusnya, dikejar-kejar pihak berwenang karena dianggap telah
bersekongkol dengan musuh, dan durasi novel yang disetting selama 24 jam. Semua hal tersebut seakan sudah menjadi "rumus wajib" bagi Brown dalam meramu novel-novelnya, Yang entah mengapa
hal ini membuat saya sedikit bosan.
Inferno, menceritakan tentang Langdon
yang tiba-tiba berada di salah satu rumah sakit di Florence, Italia. Dengan
luka tembak di kepalanya, yang membuat Langdon tidak dapat mengingat seluruh
kejadian yang dialaminya dalam dua hari terakhir. Langdon semakin bertambah
bingung, karena tiba-tiba dia dikejar-kejar oleh seorang wanita berambut duri
yang berniat membunuhnya. Ditambah lagi, ia juga diburu oleh segerombolan
tentara, yang semakin membuat Langdon bertanya-tanya apa yang sebenarnya sudah
terjadi dalam dua hari terakhir dalam hidupnya ini???
Dante Alighieri dan Senjata pemusnah massal
Bersama dengan Sienna Brooks, dokter
wanita jenius yang mengidap semacam depresi sejak kecil, Langdon berusaha
memecahkan pesan tersembunyi dibalik topeng kematian Dante Alighieri, sang
penyair terkenal pada Abad Pertengahan. Dante sendiri adalah orang yang
menyusun Divine Comedy, sebuah puisi epik 14.233 baris yang menggambarkan Dante
turun ke dunia bawah, neraka (Inferno) dan perjalanan Dante melewati penebusan
(Purgatorio), sampai akhirnya ia sampai ke surga (Paradiso).
Dibalik topeng tersebut menandakan
sebuah lokasi penyebaran wabah yang diciptakan oleh seorang ahli biologi gila
demi mengendalikan populasi dunia, bernama Zobrist. Zobrist berpendapat, dengan
kemampuan reproduksi manusia saat ini akan sangat membahayakan kelangsungan
hidup manusia selama satu abad ke depan. Dimana dengan overpopulasi yang
terjadi, manusia akan semakin banyak membutuhkan makanan, tempat tinggal, dan
kebutuhan pokok lainnya. Sehingga ia menciptakan wabah dengan niat untuk
mengendalikan populasi dunia. Untuk mencegah agar spesies manusia dapat
bertahan lebih lama, untuk melindungi manusia dari kepunahan.
My point of view...
Saya melihat kebenaran yang ada dalam
Inferno, dimana overpopulasi memang menjadi masalah yang sangat serius dalam
kehidupan kita. Dimana kebutuhan akan bahan pokok semakin meningkat, namun
sumber daya alam yang tersedia semakin menipis. Hal itu memang memicu tindak
kriminal dan huru-hara yang sering terjadi di masyarakat. Memang jumlah
penduduk amat sangat sulit dikendalikan, apalagi di negara-negara berkembang
seperti Indonesia dan India. Keadaan tersebut mungkin yang ingin digambarkan
Brown sebagai kiamat. Namun jika saat itu akhirnya tiba, biarlah semuanya
terjadi dengan alami tanpa campur tangan manusia. Tanpa melakukan bunuh diri
secara massal, dan tentunya tanpa menciptakan senjata biologis berbahaya.
Saya sedikit kecewa dengan novel Dan
Brown yang satu ini. Karena di bab-bab terakhir, semua cerita yang diapaparkan
seakan telalu mengada-ada, terlalu terencana, dan terlalu kebetulan, sehingga
kehilangan kesan greget-nya. Semua petualangan dan kejadian mengerikan yang
dialami Langdon seakan langsung menguap ketika saya membaca bab 82. Semua kisah
yang menurut saya “jauh dari mengejutkan”, terkesan hambar dan janggal,
dipaparkan mulai bab 82, sampai
halaman-halaman setelahnya. Mungkin Brown berusaha menciptakan momen yang
unpredictable, tapi malah membuat ceritanya menjadi terkesan “lebay”.
Mungkin Brown juga berusaha
menghilangkan salah satu ciri khas dalam novelnya : musuh sebenarnya adalah
orang yang tak disangka-sangka. Seperti dalam da vinci code, dimana musuhnya
adalah teman-nya sendiri, seorang profesor kaya raya alumni Oxford yang
ternyata adalah Guru yang disebut-sebut oleh tokoh antagonis. Dan Mal’akh yang
ternyata adalah Zachari dalam novel The Lost Symbol. Pemeran antagonis dalam
Inferno telah meninggal. Digantikan oleh sebuah bayang-bayang mengerikan
mengenai wabah yang akan menyerang sepertiga populasi dunia. Dan oleh kekasih
Zobrist yang berusaha mewujudkan hal itu terjadi.
Dan Brown juga sepertinya kurang
memahami apa arti mimbar bagi orang Muslim. Ia mengatakan bahwa mimbar adalah
tempat imam untuk memimpin shalat Jum’at. Namun sebenarnya mimbar adalah tempat
untuk khatib yang menyampaikan khutbah Jum’at, khutbah Rari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha) maupun ceramah-ceramah serta pengajian rutin diluar hari Jum'at dan Hari Raya.
Identitas dan kepribadian Sienna
semakin menjadi tidak jelas. Dia memerankan tokoh yang bergerak dalam wilayah
abu-abu. Terombang-ambing antara baik dan buruk. Meskipun di akhir cerita
dijelaskan mengenai peranannya dan keberpihakannya, namun karakter Sienna
Brooks tetap saja merupakan tokoh yang tidak jelas kedudukannya menurut saya.
Dapat dilihat pada perbuatannya kepada Vayentha, ketika mereka berada di
Florence. Hal itu merupakan tindakan fatal Sienna. Untuk apa dia sampai hati
melakukan hal itu? Kalau memang tujuan sebenarnya sama dengan Langdon? Yaitu
menemukan dan memusnahkan bibit wabah yang mengancam dunia. Lalu mengapa pula
ia dengan cepat berubah pikiran, dan bersedia membantu Langdon dan dr.Sinkey?
Kalau boleh jujur, Inferno merupakan
novel Dan Brown “terjelek” yang pernah saya baca. Namun meskipun begitu, Dan
Brown tetap menyuguhkan informasi dan cerita-cerita sejarah seputar peradaban
pertengahan di Itali. Apalagi pembaca akan diajak menikmati karya seni
arsitekur yang megah dan indah di Florence, Venesia, dan Istanbul.
Rate : 3/5
No comments:
Post a Comment